Hanya Kamulah yang Kutunggu di Masa Depan. Semoga Kita Berjodoh

Aku belum menyerah untuk berhenti mencintainya. Tetapi itu sama saja dengan menyiksa perasaanku sendiri. Aku tidak mempedulikan hal itu, karena mencintainya juga adalah suatu kebahagiaan yang belum pernah tergantikan oleh yang lain. Rasanya aku akan bertahan dan terus bertahan entah sampai kapan.
Terkadang aku berpikir tentang "Mengapa harus dia?" Hingga akhirnya selalu ada luka setiap kali aku merindukannya, selalu ada air mata disetiap keheningan malamku, dan selalu ada doa yang terkesan mengeluh. Aku malu kepada Tuhanku. Tetapi perlu diketahui, aku mengeluh karena aku lelah -- lelah menanti suatu mimpi yang tergantung tinggi.
Terkadang aku ingin memutar waktu untuk tidak melihatnya hingga terpesona, menyukainya, hingga mencintainya selama ini. Berat menanggung perasaan yang tak kunjung padam, dan tidak akan pernah aku padamkan apinya. Aku menikmati gelora api yang membara dalam perasaanku ini.
Aku geram ingin menampakkan diri di hadapannya untuk sekadar menyapa,“Hei, apakah kamu jodohku? Mengapa aku mencintaimu sedalam ini?” Namun aku tahu bahwa hal itu akan menyeretku kedalam api perasaanku sendiri. Aku masih punya harga diri. Aku masih punya tameng untuk tahan kepada apiku saja, yaitu diam. Karena apa? Kodrat wanita adalah untuk dicari, bukan?
Seandainya aku tidak mencintainya, mungkin aku tidak akan membuang waktuku selama ini hanya untuk mencintainya. Lalu aku akan mencintai siapa? Entahlah. Belum tentu juga aku akan merasakan bahagia yang amat bahagia ketika bukan mencintainya. Atau mungkin aku akan sangat jauh menderita daripada ini. Aku tidak tahu. Yang jelas, ini permainan hidupku. Aku yang berperan. Namun bukan aku yang mengaturnya, karena ada Yang Mahatahu.
Kalian penonton, aku larang untuk mengkritik seperti, “Untuk apa menanti seseorang yang belum pasti?” atau “Kamu yakin sekali dia akan menjadi jodohmu. Buang-buang waktu saja tahu!” Sesungguhnya aku akan merasa inferior. Betapa jahatnya. Tidakkah kalian juga pernah berharap akan suatu hal? Lebih baik menyemangatiku, bukan?
Aku tidak pernah bosan untuk menangis dan berdoa tentang akhir dari pengharapan ini. Aku menikmati garis takdir meskipun dengan langkah yang letih. Aku tidak pernah membayangkan bahagianya jika dapat melangkah bersamanya menelusuri garis takdir. Sebahagiakah apa nantinya?
Aku memang sering meminta untuk dapat bersamanya. Namun, aku tahu diriku belum pantas untuknya. Jadi, untuk saat ini aku memperbaiki diri saja. Ya, menunggu sang jodoh menjemputku. Setidaknya, jika hari itu sudah datang, aku dapat menyambutnya dengan sangat istimewa. Aku tidak akan membiarkan momen itu terlewatkan dan tidak terpatri dalam ingatannya.
Maka dari itu, Tuhan membiarkanku dalam posisi seperti ini. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi nantinya dan bagaimana seharusnya. Tapi yang jelas, aku menyerahkan semuanya kepada Tuhanku. Aku, menunggumu..
Tag : cinta
0 Komentar untuk "Hanya Kamulah yang Kutunggu di Masa Depan. Semoga Kita Berjodoh"

Back To Top