Hamil di Luar Nikah Jadi Titik Balik Hidupku, Izinkanku Bertaubat


Nama saya Rara. Saya dibesarkan dengan sejuta kebahagiaan karena masih memiliki orangtua yang utuh dan itu semua lebih dari apapun.

Saat menginjak remaja, rasa penasaran dan keingintahuan saya semakin bertambah. Saya bukanlah dari keluarga kaya namun pergaulan sekeliling saya mengubah saya yang culun menjadi anak gaul masa itu. Di sekolah, saya berteman dengan anak-anak orang kaya yang broken home. Pergaulan saya semakin tidak karuan. Saya sering bolos sekolah dan mulai merokok saat. Saat usia saya 15 tahun, saya mulai mengenal dunia malam tapi saat itu prestasi akademik saya juga tidak menurun.

Saya mulai minum minuman keras dan mabuk. Tentu uang jajan saya tidak cukup untuk membayarnya. Ya, teman saya lah yang membelinya. Saat itu saya tidak berani untuk pulang ke rumah dan memilih menginap di hotel. Hampir setiap minggu kami melakukan hal tersebut hingga suatu saat saya mengalami radang ginjal dan pipis darah. Mungkin saat itu Allah sudah mulai menegur saya.

Saya Hamil di Luar Nikah

Saat usia 16 tahun saya mengenal cinta. Saya bertemu seorang laki-laki yang sangat saya cintai. Yup, tentunya dia adalah teman satu lingkungan yang notabene juga anak broken home. Pada masa itu, hampir semua teman saya sudah melakukan seks bebas dan mereka selalu bertanya mengapa saya tidak pernah mencoba melakukannya. Saat itu saya masih memikirkan bagaimana kesedihan orangtua saya jika mengetahui saya melakukan dosa yang dilaknat oleh Allah SWT, yaitu zina.

Saya dan pacar saya akhirnya terjerumus pada dunia seks pra nikah. Saya melakukannya. Kami melakukan dosa besar hampir 2 tahun lamanya hingga suatu saat saya hamil dan keluarga saya pun mengetahuinya bahkan sekolah pun telah mengetahuinya. Untung saat itu sudah hampir ujian akhir nasional maka saya hanya perlu ujian dan menghilang.

Orang Tua dan Kakak Kecewa

Betapa menyesalnya saya saat itu melihat kedua orang tua dan kakak saya menangis dan kecewa. Mereka menanyakan siapa ayah dari janin yang ada dalam rahim saya. Sepertinya saya memang memilik lelaki yang tepat. Pacar saya mau bertanggung jawab untuk menikahi saya dan seminggu kemudian kami menikah. 

Satu bulan pernikahan, lahirlah anak itu. Kami bingung sekaligus sedih tapi reaksi orangtua saya lain. Mereka sangat bahagia karena cucu yang sudah mereka dambakan dari lama hadir ke dunia, inilah cucu pertama mereka. Saya dan suami saya tinggal terpisah. Dia tinggal di rumah mertua saya dan hanya dua minggu sekali dia datang untuk melihat anaknya dan di sinilah kesedihan bermula.

Berbekal Ijazah SMA, Saya Berjuang Bertahan

Di saat saya melihat teman-teman berjuang lulus SNMPTN, saya harus mengurus anak dan diacuhkan suami. Saat itu suami saya masih berstatus mahasiswa, dan dia sibuk dengan urusannya sendiri. Di tengah perjalanan saya sebagai istri sekaligus ibu saya mencoba bangkit, saya mencari pekerjaan dengan ijazah SMA dan menitipkan anak saya pada orangtua.

Alhamdulillah Allah SWT masih memberi saya jalan untuk mengais rezeki walaupun saat itu saya hanya digaji Rp. 700.000. Itu hanya cukup untuk susu dan popok tapi setidaknya saya tidak perlu meminta itu dari orangtua lagi.
Saat saya sedang sibuk dengan pekerjaan, suami saya malah sibuk dengan wanita lain. Sedih hancur perasaan ini. Bahkan jika saya menegur, dia malah mengatakan bahwa anak yang saya lahirkan bukanlah anaknya. Anak itu tidak mirip dengannya tapi demi Allah saya hanya melakukan itu dengannya dan tidak pernah dengan orang lain selama hidup saya. Saya pun berusaha tegar  menunggu jalan terbaik yang Allah SWT berikan.

Saya pun semakin pasrah dan mendekatkan diri pada Sang Pemilik Segala karena pada saat itu orang tua saya tidak bisa membiayai saya untuk melanjutkan kuliah. Hingga suatu hari, mertua saya memberikan informasi tentang pekerjaan di suatu perusahaan BUMN dan saya pun mencoba. Segala proses seleksi telah saya lalui dan pada tahap akhir saya merasa pesimis karena tes terakhir adalah tes kesehatan. Allahuakbar, pengumuman sudah ada dan terpampang jelas nama saya di sana. Inilah Mukjizat Allah, Dia tidak memberi apa yang kita inginkan melainkan dia akan memberi yang kita butuhkan.

Kembali Menata Hidup dari Awal

Saya pergi meninggalkan si kecil yang saat itu masih berusia 7 bulan. Baru pada setiap minggu saya akan pulang untuk melihatnya. Dua tahun berlalu dan gaji saya pun sudah cukup untuk menghidupi keluarga ini. Saya kemudian memboyong si kecil ke kota di mana tempat saya dinas. Dan selang beberapa bulan kemudian, suami saya wisuda. Alhamdulillah Allah SWT mempermudah semuanya dan suami saya pun sudah bekerja.

Kami bahagia, walaupun jalannya seperti ini tapi kami bersyukur dan bertaubat akan mengamalkan segala ajaran-Mu ya Allah dan menebus segala dosa kami. Suami dan saya sekarang berkumpul bersama di sini bersama anak kami.

Terima kasih kepada ibu suami saya yang telah men-support kami sehingga suami saya dapat menyelesaikan kuliahnya. Terima kasih juga kepada kedua orangtua saya yang telah membantu membesarkan anak kami. Semoga kalian panjang umur, sehat selalu, dan diberikan keberkahan pada setiap rezeki yang kalian peroleh.
-oOo-
Tag : kisah
0 Komentar untuk "Hamil di Luar Nikah Jadi Titik Balik Hidupku, Izinkanku Bertaubat"

Back To Top